Beberapa hari lalu ada kejadian kecelakaan di Laboratorium UI. Kecelakaan terjadi pada saat para mahasiswa melakukan proses destilasi. hal ini dapat terjadi mungkin karena mahasiswa tidak mengetahui potensi bahaya yang ada dalam praktikum mereka. Percobaan skala laboratorium terkadang dianggap memiliki potensi bahaya yang kecil. Padahal dari percobaan skala laboratorium inilah kita mendapatkan hal-hal baru, seperti potensi bahaya baru dari sebuah bahan atau proses pekerjaan. Oleh karena itu, sangat perlu untuk kita mengetahui jenis pekerjaan apa yang kita lakukan dan bahan apa yang kita gunakan. Hal tersebut dapat kita lakukan dengan identifikasi bahaya.
Identifikasi bahaya harus dilakukan secara cermat
dan komprehensif, sehingga tidak ada potensi bahaya yang terlewatkan atau tidak
teridentifikasi. Tahapan identifikasi bahaya secara umum meliputi :
a. Pengenalan
kegiatan untuk menemukan, mengenali, dan mendeskripsikan tahapan kegiatan
tertentu dari serangkaian pekerjaan yang dilakukan oleh organisasi yang
menghasilkan atau mendukung satu atau lebih produk jasa;
b.
Pengenalan
bahaya untuk menemukan, mengenali, dan mendeskripsikan potensi bahaya yang
terdapat dalam setiap tahapan kegiatan atau pekerjaan (persiapan, pelaksanaan,
penyelesaian) dan akibatnya (kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja);
c.
Pengukuran
potensi bahaya;
d. Validasi daftar bahaya yang merupakan tahapan
memasukkan setiap sumber bahaya ke dalam suatu daftar bahaya.
Dalam melakukan tahapan-tahapan identifikasi bahaya
ada beberapa metode yang dapat digunakan (Wachyudi, 2010) :
- · Metode Perbandingan, yaitu metode yang membandingkan rancangan terhadap suatu standar atau desain, dan berbentuk seperti daftar periksa (checklist). Daftar periksa menyediakan acuan untuk menentukan potensi bahaya dalam suatu sistem. Daftar ini dikembangkan dari pengalaman atau standard atau hasil analisis tertentu dengan mengumpulkan pengalaman masa lalu dalam suatu daftar tentang apa yang boleh dan apa yang tidak. Daftar periksa berguna saat proses perancangan untuk membantu ingatan dalam mengungkapkan bahaya yang terlupakan.
- · Metode fundamental, yaitu metode yang tersusun untuk memotivasi orang yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman mereka dengan tujuan mengidentifikasi bahaya. Yang termasuk dalam metode kelompok ini adalah :
1.
Preliminary Hazard Analysis (PHA) atau Analisis Bahaya Awal, merupakan suatu sistem
atau metode yang biasanya digunakan untuk menjelaskan dengan teknik kualitatif
untuk identifikasi bahaya pada tahap awal dalam proses desain (Mannan, 2005) . PHA ditujukan hanya pada tahap awal
pengembangan pabrik/ industri/ instalasi. Informasi yang dibutuhkan untuk
dilakukan penelitian adalah kriteria desain, spesifikasi bahan dan peralatan,
dll. Prinsip dari PHA adalah untuk
mengidentifikasi bahaya yang mungkin akan berkembang menjadi kecelakaan. Ini
dilakukan dengan menimbulkan situasi atau proses yang tidak direncanakan atau
dimaksud terjadi. Ini penting untuk melakukan identifikasi bahaya dari awal
pada proses desain bertujuan untuk mengimplementasikan corrective measure pada
desain, yang dikenal dengan manajemen resiko atau reduksi pro aktif. Beberapa
deviasi yang dapat terjadi ditandai dengan isyarat : more of ...; less of ...; nothing of ...; part of ...; both ... and
...; another than ...; opposite direction ...; later than ....
2.
Hazard Operability Study (HAZOPS), merupakan metode yang banyak digunakan oleh
industri proses untuk mengidentifikasi bahaya pada tahap desain rekayasa (Mannan, 2005) . Tujuannya untuk
menganalisis sistem bagian per bagian dan menjelaskan bagaimana kondisi ideal
suatu sistem bekerja. Langkah awal dilakukan dengan mendapatkan tinjauan dari
sistem berupa gambar teknis atau informasi lain dari sistem tersebut. Sistem
harus dibagi menjadi bagian-bagian yang dijelaskan pula kondisi ideal dari
bagian-bagian tersebut. Pada sebuah sistem, semua bagian atau subsistem
merupakan dependen satu sama lain, dan ketergantungan ini harus diidentifikasi.
Langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi deviasi untuk tiap bagian dari
sistem. Untuk membantu mengidentifikasi deviasi, digunakan guideword. Ketika deviasi teridentifikasi, maka penyebabnya pun
dapat teridentifikasi.
3.
Risk Based Inspection (RBI), adalah penilaian risiko dan manajemen proses yang
terfokus pada kegagalan peralatan karena kerusakan material. Fokus RBI adalah penilaian risiko yang
berkaitan dengan pengoperasian peralatan. RBI
dapat memberikan masukan kepada manajemen untuk merencanakan jadwal
inspeksi dan pemeliharaan pada perlatan termasuk penganggaran biayanya.
Pendekatan RBI secara kualitatif
menyediakan dasar analisis untuk memprioritaskan program inspeksi berdasarkan
risiko.
4.
What-If merupakan
metode identifikasi bahaya awal untuk meninjau desain dengan menanyakan
serangkaian pertanyaan awal yaitu bagaimana-jika (what-if). Analisis what-if
merupakan bagian dari cara checklist,
yang kemungkinan merupakan metode identifikasi bahaya tertua.
5.
Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) atau Analisis Pola Kegagalan dan Akibat, yaitu
metode untuk mengidentifikasi bahaya yang melibatkan analisis modus kegagalan
dari suatu entitas, penyebabnya, dampaknya, dan hubungan kritikalitas dari
kegagalan (Mannan, 2005) . Tujuan dari FMEA adalah untuk mengidentifikasi kegagalan yang mempunyai dampak
yang tidak diinginkan pada sistem operasi.
6.
Fault Tree Analysis (FTA) dan Event Tree
Analysis (ETA) merupakan diagram logika yang digunakan untuk mewakili
masing-masing dampak dari suatu peristiwa dan penyebab dari suatu peristiwa (Mannan, 2005) . Diagram ini juga
menyatakan ilustrasi bebas dari rangkaian potensi kegagalan peralatan atau
kesalahan manusia yang dapat menimbulkan kerugian. FTA bersifat deduktif dengan memunculkan akibat untuk mencari
sebab, sedangkan ETA bersifat
induktif dengan menampilkan sebab (kejadian awal) untuk mencari akibat
(kejadian akhir).
7.
Qualitative Risk Assessment merupakan pendekatan nilai risiko terhadap suatu
sistem dengan pemberian skor secara kualitatif (iya/ tidak; baik/ buruk;
tinggi/ rendah) terhadap faktor kemungkinan dan akibat kegagalan dari suatu
kejadian (Wachyudi, 2010) .
8.
Semi-quantitave Risk Assessment merupakan pengembangan penilain risiko dengan
menggunakan suatu pemodelan untuk kejadian tertentu untuk mendapatkan rate event. Pemodelan tersebut bertujuan
untuk mendapatkan akurasi data berdasarkan informasi awal yang diolah dengan
mempertimbangkan parameter-parameter yang ada (Wachyudi, 2010) .
9. Quantitative Risk Assessment merupakan penilaian penuh dengan melakukan pemodelan semua kejadian
sehingga kemungkinan dan akibat dari suatu kegagalan dapat diketahui secara
numerik sehingga mendapatkan tingkat risiko yang cukup akurat (Wachyudi, 2010) .
Referensi
BATAN. (2012). Lampiran
PerKa BATAN 020/KA/I/2012 Pedoman Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: BATAN.
Wachyudi, Y. (2010). Identifikasi
Bahaya, Analisis, dan Pengendalian Risiko dalam Tahap Desain Proses Produksi
Minyak & Gas di Kapal Floating Production Storage & Offloading (FPSO)
untuk Projek Petronas Bukit Tua Tahun 2010 . Depok: Universitas Indonesia.